Putu Felisia

Selasa, 11 Januari 2022

Layangan Putus: Apakah Memang Harus Membantai Pelakor?

 

Dari zaman dulu, Orang sangat berminat pada tema selingkuh dalam sinetron. Mulai dari sinetron populer ‘Catatan Hati Seorang Istri’, berbagai sinetron religi, hingga yang terbaru webseries berjudul ‘Layangan Putus’.

 Kenapa orang-orang menyukai tema perselingkuhan ini? Namun, lebih penting dari itu ... mengapa orang-orang senang membenci perempuan yang mereka sebut pelakor, bukannya memberi sanksi sosial kepada lelakinya juga?

 


 

Jika menyebut perselingkuhan, saya sudah melihat peselingkuh kambuhan ini di depan mata, bukan dari tayangan televisi yang kemungkinan besar didramatisir.

 

 

Kenapa, sih, Kamu Kepo?

 

Saya ingat betul, waktu saya SD (ya, Anda tidak salah, ini betul SD, Sekolah Dasar), suatu hari, saya dan sepupu dijemput ramai-ramai oleh kerabat. Saya mengingat ini karena tidak biasanya mereka menyewa mobil. Mereka sangat berhemat untuk hidup.

 

Waktu itu, saya bingung, kenapa mobil meluncur tidak ke jalan pulang. Kami malah memasuki perkampungan yang asing buat saya.

 

Saya disuruh menunggu di mobil. Mereka kemudian keluar, saya tak tahu untuk apa. Yang saya tahu, menunggu mereka lama dan membosankan.

 

Beberapa tahun kemudian, saya baru sadar kalau saat itu saya diajak menangkap basah satu perselingkuhan.

 

Bayangkan, anak SD diajak menangkap basah perselingkuhan!

 

Apakah lantas setelah itu si peselingkuh bertobat? Oh, tidak semudah itu, Ferguso! Justru karena selingkuhnya kambuhan dengan pelakor-pelakor yang berbeda-beda, akhirnya saya tahu permasalahan ini. Apalagi, satu kali, si peselingkuh kambuhan ini membawa oleh-oleh yang cukup merepotkan: penyakit kelamin!

 

Hari gini masih aja komedi melecehkan perempuan:

Review Komedi Modern Gokil 

 

Sejak saat itu, pemikiran saya tentang perselingkuhan terbentuk dengan jelas: perselingkuhan tidak hanya disebabkan oleh perempuan yang disebut masyarakat sebagai pelakor. Ada andil seseorang yang cukup besar juga. Ya, siapa lagi kalau bukan suami yang memilih tidak setia bahkan kadang kambuhan begitu?

 

Sayangnya, hingga saat ini, masyarakat punya pemikiran yang berbeda.

 


 

 

Masyarakat sering memaafkan peselingkuh kambuhan. Kalau pun tidak disukai, masyarakat hanya akan membicarakannya di belakang.

 

Lain halnya dengan Pelakor yang seperti iklan di atas, dinilai perlu dibantai sampai musnah. Pokoknya, kalau ada perselingkuhan, yang salah perempuan alias pelakor ini. Kucing kalau dikasih ikan mana nolak. Lakinya nggak salah. Ceweknya aja yang kegatelan.

 

Ya, nggak?

 

Padahal, perlu diingat, kalau perselingkuhan terjadi tidak hanya dari satu pihak. Kalau memang perempuannya kegatelan, lakinya juga nggak setia. Sama aja buruknya.

 

Kebayang nggak, sih, kalau sebenarnya para lelaki ini enak? Dari iklan di atas, kalau istri dan wanita simpanannya saling bantai, si lelaki ini tinggal nunggu yang menang siapa terus pilih yang mana yang dia suka. Sisanya, sayonara, goodbye, dah.

 

Enak kan?

 


Seharusnya, masyarakat bisa bersikap adil pada suami tak setia dan pelakor ini. Kalau mereka bisa memaafkan suami tak setia, mereka seharusnya bisa juga memaafkan pelakor yang mungkin setelah menerima sanksi sosial akan insyaf. 

 

P.S.: Peselingkuh yang saya sebut di atas sudah berpisah dengan istrinya.

 

Baca juga:

5 Kisah Ibu Hebat ala Putfel

Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

19 komentar:

  1. kayaknya emang harus di lihat dulu pangkal perslingkuhan itu apa, kalo seperti di layanagan putus sih, aku sendiri menilai emang wajib dilabrak. istri udah sesempurna kinan masih aja diselingkuhin, hehehe. yang begini nih tipe selingkuh kambuhan. tapi gak sedikit juga suami selingkuh karena masalah komunikas dengan istri atau suami yang ngerasa gak dihargai dan dinjak-injak. termasuk susis (suami takut istri) tuh bisa jadi cikal bakal perselingkuhan.

    BalasHapus
  2. Naudzubillah. Kadang kesal sama pria yg berselingkuh gini. Udah gitu masih cari pembelaan cari muka di depan keluarganya dan di depan banyak orang. Bahkan menjelek2kan si istrinya kalo istrinya itu gak pinter melayani. Pd akhirnya si istri memilih mengalah, memaafkan dan menerima suaminya . Kesel ga sih.

    BalasHapus
  3. terlepas sikap saya yang netral, tidak bela laki-lakinya atau juga perempuan, setuju banget yang salah memang dua-duanya, selama ini selalu perempuan doang yang disalahkan, padahal bisa terjadi adanya kesepakatan keduanya, kalau yang pihak lakinya menolak pasti ga mungkin terjadi, atau pihak perempuannya menolak tegas ya ga bakal terjadi juga, jadi yang salah ya dua-duanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa aku juga netral tapii iyaa ya kenapa perempuannya kebanyakan yang jadi kena getahnya haha yg laki kok lebih sedikit yang menyalahkan.

      Hapus
  4. Semoga yang punya niat berselingkuh, bisa inget bahwa hidupnya itu gak lama lagi karena kan semua manusia pasti mati...

    BalasHapus
  5. It takes two to tango. Tapi ya begitulah, kita hidup di masyarakat patriarki. Bercerai pun sering perempuannya yang disalahkan, padahal laki-lakinya yang brengsek.

    BalasHapus
  6. setiap perpisahan, atau setiap perselingkuhan pasti ada sebab akibat. Hanya dibutuhkan komitmen yang besar antara perempuan dan laki-laki untuk berjalan di jalur yang benar.

    BalasHapus
  7. Saya hanya lihat cuplikan drama layangan putus di medsos, secara detail kurang tahu munculnya perselingkuhan pd drama tersebut. Bicara selingkuh, bicara pengkhianatan.

    BalasHapus
  8. Ya begitulah realita di masyarakat kita yaa mba. Masih banyak banget orang yang gak bisa melihat segala sesuatu dari dua sisi. Kebanyakan masih melihat dari satu sisi aja..

    BalasHapus
  9. sebenarnya sampai sekarang aku penasaran kenapa sih si Aris itu selingkuh? apa benar cuma karena jatuh cinta? atau ada sebab lain?

    BalasHapus
  10. Sesuai namanya, pelakor ya pencuri lelaki orang. Subjeknya ya perempuan. Namun kata tersebut sepertinya berubah makna. Pelakor juga digunakan bagi laki2 yang ngambil istri orang lain atau tidak setia terhadap pasangannya. Bagaimana pun ini hanyalah istilah. Kalo udh dibakukan pelakor hanya utk perempuan, ya sudah. Tapi bila berlaku utk laki2, ya silakan. Intinya, jangan selingkuh. Wkwkwk.

    BalasHapus
  11. ehh drama ini masih ada toh? belum tamat? aku kira udah, karena udh ga viral lagi di sosmed haahah

    BalasHapus
  12. Wahh nonton series ini mbak? Kalau aku nggak nonton, lalu enaknya pelakornya diapain ya

    BalasHapus
  13. Sudah pasti si perselingkuhan itu karena kesalahan pada dua belah pihak. Perempuannya salah, lelakinya juga salah. Apalagi buat lelaki yang memang mata keranjang, duh dengernya saja sudah kesal.

    BalasHapus
  14. Setuju banget sih..
    Bahasan mengenai pelakor ini gak hanya menyalahkan dari satu sisi, meskipun memang perempuan mengambil andil yang cukup besar, tapi kalau lakiknya gak mau, ya..gak mau juga. Kalau sudah kadung doyan, ya apa yang dihidangkan yaa...disantap.

    HUhu...memang tipu muslihat dunia itu begitu menggoda. Segala bentuk dosa, pasti terbungkus indah dan nikmat.

    BalasHapus
  15. Betul banget mba tepuk tangan gak akan bunyi kalau hanya sebelah kan ya, mestinya yang kena sanksi kedua pihak yg terlibat harusnya

    BalasHapus
  16. Kalau saya menyikapi Layangan Putus dengan banyak merenung bahwa dunia ini fana tapi sangat menggoda. Begitu mudahnya orang terbuai karena ada makhlukNya yang memang diminta untuk menggoda. Nah di sinilah penting ilmu sehingga bisa berpikir tentang apa yang di sekitar bahkan dengan ilmu bisa mengatur hawa nafsu

    BalasHapus
  17. Saya sebenarnya kurang setuju kalau misal dalam kasus perselingkuhan yang disoroti hanya si pelakor, padahal ad banyak faktor kenapa ssorg selingkuh, dan terutama yg di soroti adlh si suami yg membiarkan org lain merusak rumah tangganya

    BalasHapus
  18. wah ada lagi ini dramanya? hehe sejujurnya aku gak berani nonton ini wkwkk.. sungguh mengotori pikiranku yang harus sering LDR sama suami :( waspada penting sih, tapi saling percaya juga lebih penting ya.. Semoga kita semua dilingungi dari godaan syaitan terkutuk :)

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)