Jelang
pengumuman rekapitulasi penghitungan suara KPU, di grup Whatsapp rekan-rekan
seiman, berembus sebuah kabar: dihimbau untuk menjauhi pusat-pusat perbelanjaan
atau keramaian karena ancaman teroris. Konon, himbauan ini dikeluarkan oleh
POLRI, BIN, dan lain sebagainya. Herannya, meski dari lembaga resmi negara,
pengetikan himbauan bisa-bisanya typo sekaligus mengabaikan kaidah EBI. Meski demikian,
berita ini cukup dipercaya hingga admin grup pun sepakat kami harus menjauhi
tempat ramai.
Di grup
yang lain, di waktu kejadian 22 Mei, terunggah banyak foto jenazah dan
video-video sadis. Tak lupa, foto dan video itu diberi narasi membangkitkan
emosi. Beberapa anggota grup akhirnya keluar karena debat tak bersolusi di
grup. Herannya, yang paling nyolot itu ternyata seorang yang sudah sepuh dan
memiliki posisi cukup tinggi.
Ini anehnya. Dalam satu grup, orang bisa berantem dan berdebat hanya karena satu kabar. Dari kabar membangkitkan emosi dan perdebatan ini, orang-orang bisa meninggalkan grup dan buntut-buntutnya jadi saling memusuhi.
Ini baru di grup Whatsapp, belum di kehidupan bermasyarakat pada umumnya.
Rasa persaudaraan pecah karena satu kabar, sungguh menyedihkan!