Minggu, 23 Juni 2019

Menghadapi Toxic Masculinity: Ini adalah Tantangan Kita Semua


Tempo hari, saya keluar sama Nathan (cowok, 13 tahun). Kami melewati sebuah poster film bertajuk FROZEN 2. Tahu, kan, filmnya tentang apa? Itu, lho… tentang Princess Elsa dan Princess Anna. Dulu, waktu anak-anak kecil, mereka pada suka. Lagunya bagus. Gambarnya cerah. Apalagi, moral ceritanya juga bagus: tentang persaudaraan.

Di luar dugaan, bocah remaja saya itu nyeletuk dengan muka agak jijik, “Kalau Nathan nonton itu, nanti Nathan jadi cewek!”

Saya tertegun sejenak, lalu saya bertanya, “Kalau Mama nonton film mobil-mobilan atau film action, apa otomatis Mama jadi cowok?”

“Tapi nanti kalau jadi cengeng gimana? Nathan jadi bencong, dong?”

“Mana ada orang jadi (maaf) bencong gara-gara nangis doang?" jawab saya, "Nangis kebanyakan memang nggak baik. Tapi kalau nangis sesekali, wajar aja. Manusia yang nggak bisa nangis malah nggak normal, lho.”


Protected by Copyscape
Protected by Copyscape