Putu Felisia

Kamis, 21 April 2022

Kartini dan Depresi

Di hari Kartini, berbagai ucapan penyemangat kaum perempuan beredar di mana-mana. Perayaan Hari Kartini pun menjadi tradisi di mana orang mengingat tentang perjuangan seorang RA Kartini terkait emansipasi wanita. Sayangnya, meski orang-orang kini mulai menyadari pentingnya emansipasi wanita, wanita masih saja mendapat perlakuan yang tidak adil.

 

Hari Kartini

 

Apa Itu Emansipasi Wanita?

Dilansir dari Kompas(dot)com: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), emansipasi adalah pembebasan dari perbudakan; persamaan hak dalam berbagai kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria). 

 

emansipasi wanita

 

Sedangkan emansipasi wanita adalah proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju. 


 

 Teori VS Praktik

Meski Kartini memperjuangkan emansipasi wanita hingga akhir hidupnya di tahun 1904, di era modern ini pun, kekerasan maupun diskriminasi terhadap perempuan masih terjadi di Indonesia.

 

Dalam beberapa tahun terakhir ini, laporan kasus kekerasan terhadap perempuan meningkat dari 8.864 kasus (2019) menjadi 10.247 kasus di tahun 2021. Jumlah korban juga meningkat dari 8.947 orang di tahun 2019 menjadi 10.368 korban di tahun 2021.

 

Tentu kita tak boleh memandang sebelah mata pada kekerasan terhadap perempuan ini. Kekerasan bisa berdampak buruk tidak hanya bagi perempuan, tapi, juga bagi anak-anak yang nantinya akan jadi generasi penerus kita di masa depan.

 

emansipasi wanita

 

Pelakor: Perempuan Selalu Salah

 

 Emansipasi Yang Kebablasan

Tak hanya masih mengalami diskriminasi maupun kekerasan, perempuan juga kerap mendapat tuntutan agar tampil sempurna setiap saat. Tak hanya pandai di sumur, dapur, dan kasur, perempuan masa kini juga diharuskan menjadi makhluk serbabisa: bisa mengatur rumah dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anak, mencari nafkah, dan lain-lainnya. Tak heran, perempuan-perempuan zaman sekarang menjadi rentan depresi.

 

Hari Kartini

 

Baca juga: Kartini Bukan Wonder Woman.

 

Wanita dan Depresi

Adanya tuntutan keluarga, ekonomi, maupun sosial membuat hidup perempuan semakin rentan stres. Wanita yang diharapkan tampil sempurna 100% tanpa cela dan salah sedikit pun membuat wanita terancam dengan bahaya depresi.

 

depresi wanita


 Kita sudah sering membaca kasus-kasus ibu yang menghilangkan nyawa anaknya karena mengalami penyakit mental dan depresi. Kasus yang paling viral adalah kasus yang terjadi di Brebes di mana seorang ibu tega menggorok leher anaknya hingga tewas.

Tak lama kemudian, terjadi pula kasus seorang ibu melemparkan bayinya ke sumur karena sang ibu tak tahan dirundung. Penyebab dua kasus ini tentu sangatlah kompleks. Namun, dilihat dari pelakunya, kedua pelaku kejahatan tersebut sama-sama ibu yang sedang amat putus asa.

 

Baca juga: Ibu Tidak Becus Itu Menjadi Monster

 

Waspada Depresi pada Wanita

Mencegah Depresi pada Wanita tidaklah mudah, apalagi Indonesia menganut paham patriarkis dan terbiasa membiarkan wanita/ibu menanggung semuanya sendirian.

 

Namun, kita harus sadar bahwa depresi ini sangatlah berbahaya. Depresi dapat merusak otak dan fungsi otak hingga membahayakan nyawa.

 

Bisakah kita membantu para wanita menghindari depresi ini? Tentu saja bisa. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah memperlakukan wanita selayaknya manusia dan berhenti memberi tuntutan setinggi langit. Cara lain adalah dengan menghadirkan komunitas yang aman untuk mereka.

 

kartini depresi

Selamat Hari Kartini!

 

hari kartini

 

Daftar Pustaka:

"Pengertian Emansipasi Wanita" (Kompas.com)

Penulis : Arum Sutrisni Putri

Editor : Arum Sutrisni Putri

 

"Laporan Kasus Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan Meningkat 3 Tahun Terakhir" (Kompas.com)

Penulis : Ardito Ramadhan

Editor : Bagus Santosa

 

Pengakuan Ibu di Brebes yang Bunuh Anak Kandung (Tribunnews)

 

Kasus Ibu Buang Bayi ke Sumur  (Kompas.com)

 

Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

19 komentar:

  1. Pada kenyataannya, perempuan kerap menjadi penyebab stres dan depresi perempuan lain. Kok aku tahu? Ya karena aku pun mengalaminya :)) Yang teraman saat ini ... jaga jarak aman aja dengan perempuan-perempuan seperti itu.

    BalasHapus
  2. Sebagai wanita, kita harus saling mendukung dan memberikan kekuatan bukan malah memojokkan. Selalu ada alasan dan itulah yang menjadi bukti bahwa perasaan wanita itu rapuh. Membuktikan wanita masih butuh dukungan, kepercayaan dan doa dari orang-orang di sekitarnya.

    BalasHapus
  3. wanita memang mudah stres dibanding pria, yg saya tau. selain itu banyaknya tuntutan hidup yg harus dipenuhi makin membuat depresi. jd sebaiknya memang ada lingkungan yg mensupport wanita menjalankan perannya

    BalasHapus
  4. Wanita adalah makhluk yang luar biasa. Banyak wanita yang multitalenta. Tapi emang ga bisa dipungkiri wanita lebih mudah stres dibandingkan laki" karena hatinya yg lebih perasa.

    BalasHapus
  5. Bersyukurnya semangat utj lepas dr patriarki dan womensupportswomen skrg ini makin gencar disuaraksn ya, moga bisa bikin makin bbyk perempuan mandiiri finansial, spiritual dan kediriannya ya

    BalasHapus
  6. Banya sekali hal yang bisa membuat perempuan depresi. Karena perempuan merupakan makhluk perasa.

    BalasHapus
  7. Memang tuntutan zaman sekarang udah parah si. Mesti cantik, mesti kaya, mesti a b c d, lelah beut dah dan bikin rawan kena penyakit mental. Mesti bener2 belajar untuk menerima diri apa adanya sii menurut aku.

    BalasHapus
  8. Depresi ini penyakit psikologis yang menyerang diam diam. Banyak yang tidak sadar kalau dia terjebak dalam masalah depresi. Perlu segera dibantu dan dapat penanganan khusus dari sang ahli

    BalasHapus
  9. Emansipasi boleh ya agar bisa sama-sama maju, tapi jangan sampai bablas memang

    BalasHapus
  10. Sedihnya kadang yang bikin makin depresi bukan orang2 terdekat, tapi mulut sesama perempuan yang kadang nyinyirnya nggak terkontrol..jadi sebuah pengingat buat saya untuk bisa jaga mulut dan tak asal berkomentar karena setiap perempuan punya sepatunya masing2.

    BalasHapus
  11. urusan-urusan yg dibebankan ke perempuan emang bisa dibilang lebih kompleks dibandingkan laki-laki ya, makanya risiko depresi bisa lebih tinggi huhu

    BalasHapus
  12. Aku mbak, prnah ngalamin. Kelelahan urus anak, dirundung tetangga, waktu berkualitas sm suami berkurang, dll. Stres, pingin bunuh diri juga sempat. Akhirnya aku cari solusi ekstrim. Kabur dari lingkungan tsb. Pulang ke kampung halaman, sekolah lagi, LDR sekalian. Alhamdulillah membaik

    BalasHapus
  13. Perempuan memang rentan terkena depresi ya Kak
    Makanya perlu dukungan dari orang disekitarnya

    BalasHapus
  14. iya nih haduh, jadi wanita bisa sedepresi ini ternyata. kadang tuh agak males denger hal-hal negatif tentang cewek yang suka diomongin para cowok, tapi gak pernah lihat dari sisi lainnya. pada akhirnya cuma jadi framing doang :')

    BalasHapus
  15. Depresi itu emang dekat sekali dengan wanita. Apalagi wanita yang baru melahirkan. Perubahan hormon jadi sumbangsih utama.

    BalasHapus
  16. Jadi ibu rumah tangga tuh memang rentan depresi ya.. setuju banget, paling baik menghadirkan komunitas yang bisa jadi wadah untuk menangani depresi pada ibu rumah tangga yaa

    BalasHapus
  17. Jadi ingat seorang ibu yang menggorok ketiga anaknya karena depresi dan nggak mau anaknya idup sengsara kayak dia. Hikss.. Sedih banget. Kartini ku kemana? 🥺

    BalasHapus
  18. rentan banget ya wanita dan depresi ternyata, dan bahaya nya mengerikan jg kalau bisa sampai depresi parah :(

    BalasHapus
  19. memang tidak bisa dipungkiri kalau sudah masalah depresi ini ga bisa dianggap mudah ya. Harus paham semuanya kalau depresi butuh pertolongan

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)