Putu Felisia : Blog Inspiratif untuk Kehidupan Sehari-hari

Selasa, 19 Agustus 2025

Fenomena Fatherless di Indonesia: Dampak, Refleksi Budaya, dan Solusi

Fenomena fatherless atau ketiadaan figur ayah dalam kehidupan anak semakin marak terjadi di Indonesia. Berdasarkan data UNICEF tahun 2021, sekitar 20,9% anak Indonesia tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah, baik karena perceraian, kematian, ataupun ketidakhadiran emosional. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat fatherless tertinggi ketiga di dunia.

fatherless indonesia



Apa saja dampak dari kondisi ini terhadap generasi muda? Dan mengapa cerita rakyat Indonesia sering kali menggambarkan keluarga tanpa kehadiran ayah? Artikel ini akan membahas tuntas persoalan tersebut dan bagaimana kita bisa belajar dari budaya untuk membangun masa depan yang lebih baik.





Dampak Fatherless terhadap Anak-anak di Indonesia


fatherless indonesia



Ketiadaan sosok ayah tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi juga secara emosional dan psikologis. Anak-anak yang tumbuh tanpa ayah berisiko mengalami berbagai permasalahan, di antaranya:


  • Rendahnya rasa percaya diri
  • Kesulitan bersosialisasi
  • Rentan terhadap gangguan mental seperti depresi dan kecemasan
  • Keterlibatan dalam perilaku agresif atau kekerasan

Studi juga menunjukkan bahwa anak perempuan yang mengalami fatherless sering kali merasakan "father hunger", yaitu kerinduan mendalam akan sosok ayah yang dapat memengaruhi hubungan mereka di masa dewasa.


Baca juga:



Di Indonesia, faktor sosial dan ekonomi memperparah kondisi ini. Banyak ayah bekerja di luar kota dalam jangka waktu lama, atau mengikuti pola pengasuhan tradisional di mana ibu dianggap sebagai satu-satunya pengasuh utama. Upaya seperti Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) yang digagas BKKBN menjadi penting dalam mendorong keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.


Representasi Fatherless dalam Dongeng Tradisional Indonesia


fatherless malin kundang
Malin Kundang, gambar dari ChatGPT




Menariknya, kondisi fatherless ternyata juga tercermin dalam berbagai dongeng dan cerita rakyat Indonesia. Banyak kisah yang menampilkan sosok ibu sebagai tokoh sentral, sementara ayah tidak hadir atau hanya menjadi latar belakang cerita. Beberapa contoh di antaranya:


  • Malin Kundang: Malin tumbuh bersama ibunya tanpa kehadiran ayah.
  • Bawang Merah Bawang Putih: Setelah ayah menikah lagi dan tidak lagi hadir, anaknya menjadi korban perlakuan buruk ibu tiri.
  • Sangkuriang: Fokus pada hubungan antara anak dan ibu (Dayang Sumbi), tanpa kejelasan sosok ayah.
  • Lutung Kasarung: Ayah digantikan oleh figur raja atau tokoh lainnya.


Hal ini mungkin tidak hanya menggambarkan struktur sosial, seperti budaya matrilineal di beberapa wilayah Indonesia, tetapi juga merefleksikan realitas bahwa banyak ayah secara tradisional dianggap berjarak atau absen secara emosional.


Baca juga:



Menggali Hubungan antara Budaya dan Realitas Sosial

Cerita-cerita rakyat ini secara tidak langsung ikut memperkuat persepsi bahwa pengasuhan adalah tanggung jawab utama ibu. Akibatnya, masyarakat modern pun kerap tidak menuntut peran aktif dari ayah dalam tumbuh kembang anak.

Namun, di sisi lain, dongeng-dongeng ini juga menunjukkan kekuatan dan ketangguhan ibu dalam menghadapi kehidupan tanpa pasangan. Ini bisa menjadi inspirasi, tetapi sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya membangun narasi baru tentang keterlibatan ayah.


Kesimpulan: Saatnya Ayah Kembali Hadir


fatherless indonesia



Fenomena fatherless di Indonesia adalah persoalan serius yang menyentuh aspek psikologis, sosial, hingga budaya. Jika dibiarkan, generasi masa depan bisa tumbuh tanpa fondasi emosional yang kuat. Oleh karena itu, solusi tidak cukup hanya dari sisi ekonomi atau program pemerintah, tetapi juga harus menyentuh kesadaran budaya dan keluarga.

Kita perlu mengubah narasi, baik di media, pendidikan, maupun dalam cerita-cerita yang kita wariskan ke anak-anak, dengan lebih menonjolkan peran aktif ayah.

👉 Ayah, hadirlah dalam kehidupan anakmu—secara fisik dan emosional.
👉 Masyarakat, mari ciptakan ruang bagi peran ayah yang setara dalam pengasuhan.

Sudahkah kamu melihat pentingnya peran ayah dalam keluargamu? Bagikan pengalaman dan pendapatmu di kolom komentar!


Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)