Putu Felisia

Selasa, 28 April 2020

Arti Kebaikan dan Kebaikan Berbagi

Mengapa harus menebar kebaikan? Kebaikan tidak mengenal agama. Berbuat kebaikan melatih kita untuk menjadi manusia yang lebih menghargai hidup. Kita juga bisa melindungi diri dari pengaruh negatif.



Dalam semua agama, ada anjuran untuk memberi sedekah kepada sesama. Agama Buddha menyebutnya berdana, agama Kristen menyebutnya persembahan diakonia, agama Islam menyebutnya sebagai zakat. Zakat sendiri merupakan harta tertentu yang dikeluarkan apabila telah mencapai syarat yang diatur sesuai aturan agama, dikeluarkan kepada 8 asnaf (golongan) penerima zakat.

Apapun istilahnya dan apapun tujuan utama dalam berbagi kepada sesama ini, saya ingin berbagi cerita, sebenarnya apa, sih ... kebaikan dari berbagi? Atau lebih jauh ... apa, sih, arti kebaikan ini dari sudut pandang yang ditolong/dibantu? 



Sebelumnya, saya ingin meminta maaf karena saya belum sanggup berbagi cerita sebagai seseorang yang mampu memberikan sumbangan dalam bentuk materi. Sampai sekarang, saya masih bergumul soal memberi sumbangan. Walau ingin, saya masih harus banyak berpikir untuk membayar tagihan bulan depan, biaya kebutuhan, hingga mama papa saya yang masih membutuhkan pertolongan di sini.

Ya, saya kini tinggal dengan papa mama saya. Mereka berdua sudah berusia enam puluh tahun lebih. Hidup kami sangat pas-pasan. Mama papa sendiri harus bangun dini hari untuk memanggang satai. Di musim-musim sepi begini, mama terpaksa menyambi jahit untuk modal membeli bahan. Maklum, retur barang cukup membuat kami menangis.

Sayangnya, mama papa tidak mau difoto. Namun, kira-kira inilah tempat mereka bekerja setiap hari. 



Bisa dibilang, hidup saya penuh dengan jatuh bangun, pahit manis, sejak saya menderita depresi hingga dipulangkan suami ke rumah orang tua saya. Saya pernah marah. Saya pernah putus asa. Saya pernah ingin bunuh diri. Berbagai perasaan itu berkecamuk dalam diri saya, terutama karena saya dipulangkan dengan status tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki sumber penghasilan pasti, dan tidak diberi tunjangan tetap.

Bayangkanlah hidup saya waktu itu, saya yang sebelumnya hanya menjadi ibu rumah tangga, kini harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meski papa mama masih bersedia menampung, yang artinya, saya tak perlu keluar biaya kos, saya tetap harus membayar semua pengeluaran saya. Dari sabun mandi, deterjen, pembalut, lauk pauk, dan lain-lainnya.

Hinaan dan ejekan pun tak henti-hentinya saya terima. Dari diceramahi “Hidup gue lebih berat dari elu aja gue nggak apa-apa”, “Udah hidup enak kok nyari masalah aja”, sampai omongan, “Orang titip babi aja dikasih uang pakan, lho” pernah saya dengar semua. Saya ingat, saat itu sangatlah mudah menerima cercaan, tapi, untuk bantuan, tampak begitu jauh di surga sana, tidak terjangkau.

Syukurnya, Tuhan benar-benar baik kepada saya. Hingga kini, saya masih bisa bertahan hidup. Saya sehat, dalam arti, saya sudah tak perlu mengonsumsi obat-obatan psikiater. Saya sangat berterima kasih atas kebaikan Tuhan ini. Sayangnya, masalah dalam hidup memang selalu ada. Datangnya pandemi Corona Covid-19 ini kembali mengguncang kehidupan saya. Buat saya, work from home atau social distancing tidaklah menjadi masalah. Yang jadi masalah adalah pekerjaan penulis yang dulunya sudah sulit dicari, kini semakin susah didapat.

Sebuah majalah daring yang berencana mempekerjakan saya, mendadak ditunda peluncurannya. Bisnis novel fiksi juga kurang menunjukkan prospek yang bagus. Sejak tutupnya sebuah platform, sangat sulit mencari tempat yang bisa memberi bayaran memadai. Adapun tawaran atau lowongan yang dibuka lebih banyak memberi bayaran rendah dengan tingkat kesulitan kerja dan biaya operasional amat tinggi.

Saya sempat merasa sesak dan tak berdaya saat itu. Saya terjepit, bingung, galau, dan tak tahu harus berbuat apa. Saat itulah beberapa teman penulis yang kebetulan merupakan muslimah menghubungi saya. Mereka menanyakan keadaan keuangan saya dengan amat sopan. Saya begitu terharu hingga hampir menangis. Saya tahu, pekerjaan penulis bukanlah pekerjaan ‘basah’ dengan penghasilan luar biasa. Namun, entah bagaimana caranya, mereka mengumpulkan uang untuk disalurkan kepada penulis-penulis seperti saya. Kalau istilah mereka: ‘penulis yang tak mampu menjemput rezeki’.

Buat saya, kebaikan mereka ini sangatlah berarti. Kebaikan mereka menembus batas-batas agama atau ‘kebenaran’ yang kerap diceramahkan tokoh-tokoh agama. Sungguh indah ketika seseorang melepas semua atribut identitas dan agama lalu berbuat baik hanya untuk berbuat baik saja. Hingga kini, saya masih berterima kasih. Mereka bekerja diam-diam, di balik layar, sama sekali tidak diliput atau diviralkan. Karena mereka, saya mampu melanjutkan keberlangsungan hidup sementara menunggu adanya pekerjaan.

Banyak orang berbuat baik untuk menerima manfaat lain: surga, menimbun pahala, menjadi terkenal dan viral, atau tujuan-tujuan lain. Namun, buat saya, orang-orang seperti teman-teman penulis tadi sangatlah patut diapresiasi. Mereka mengajarkan pelajaran amat berharga buat saya. Sekecil apapun, kebaikan adalah kebaikan. Kebaikan ini telah menolong saya. Inilah arti kebaikan bagi saya: pertolongan yang datang tepat pada waktunya.


Saya percaya, di luar sana juga masih banyak orang-orang baik seperti teman-teman saya tadi. Lembaga Amil Zakat Dompet Dhuafa juga menyediakan program Cegah Tangkal (Cekal) Covid-19. Salah satu bantuan dalam program Cekal ini adalah pembagian sembako kepada kelompok rentan. Dompet Dhuafa menyalurkan paket-paket sembako untuk mereka yang terdampak pandemi covid-19. Mereka yang mendapat santunan diantaranya adalah: pekerja harian, kelompok lansia, pekerja serabutan, pedagang asongan dan lain sebagainya.

Untuk teman-teman yang ingin ikut berpartisipasi, kalian bisa langsung berdonasi ke: dompetdhuafa.org

 Percayalah, bantuan kalian sangatlah berarti :)





Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar Kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa.


Sang Penulis

Baca Juga

Komentar

26 komentar:

  1. Berbagi kebaikan tidk akan membuat hidup menjadi sulit. Sebaliknya, dia akan membuat hidup lebih berkah. Semangat Kak Putu

    BalasHapus
  2. Semoga selalu dikuatkan dan dilancarkan. Terima kasih remindernya utk terus berbagi

    BalasHapus
  3. Menebar kebaikan tidak melulu melalui materi, Fel. Dengan membuat tulisan di blog ini adalah kebaikan juga, orang yg membaca artikel ini, sedikit banyak mendapatkan semangat atau diingatkan kembali untuk saling berbagi dengan sesama.
    Salam kasih buat Papa dan Mama, semoga selalu diberi anugerah kesehatan dan kebahagian bagi seisi rumahmu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak untuk doanya. Jadi terharu :')

      Hapus
  4. Puk puk Putfel. Setelah kesedihan akan ada kebahagiaan. Semoga kita semua diberi kekuatan dan keberanian untuk saling berbagi. Aamiin

    BalasHapus
  5. Peluuk, iya daku juga merasakan imbasnya, buku pending terbitnya, kerjaan blog berkurang drastis, semangat ya say Insya Allah ada jalannya..peluuuk...

    BalasHapus
  6. Ya Allah, Feeel... Peluuuuk.... Insya Allah kita kuat ya melewati keadaan ini.

    BalasHapus
  7. Tetap semangat, Mb Fel. Peluk 😘

    BalasHapus
  8. Tetap semangat mbak Felisa.

    BalasHapus
  9. Semangat Kak Putu, semoga banyak menuai ide di kala sempit dan memanen hasilnya di saat yang tepat

    BalasHapus
  10. Udah lama nggak blogwalking, eh nemu posting yang menginspirasi ini. Makasih dah berbagi lewat tulisan ini. Tetap semangaaat. Semoga badai segera berganti pelangi.

    BalasHapus
  11. Semoga kita semua warga dunia, khususnya warga Indonesia dapat melewati masa ini dengan baik. Saya yakin bahwa setelah kesulitan, akan ada kemudahan. Tetap semangat Kak Felicia dan tetap berkarya!

    BalasHapus
  12. Moga kita semua dikuatkan 😊

    BalasHapus
  13. Semangat, Mbak. InsyaAllah semua akan berlalu

    BalasHapus
  14. Semangat ya mba. Allah bersama orang2 yang sabar. Aamiin

    BalasHapus
  15. Semoga selalu dalam lindunganNya ya Mbak. Semangat...

    BalasHapus
  16. Bagus tulisannya, mba Putu. Semangat terus yaaa

    BalasHapus
  17. Tetap semangat mbak Felisa.

    BalasHapus
  18. Tulisan yg mengharukan. Smg Felisia dan keluarga senantiasa di beriNya kekuatan. Aamiin.

    BalasHapus
  19. Semangat terus mbak, mudahan wabah covid ini segera berakhir dgn kita sebagai pemenangnya...sehat terus buat mama papanya mbak dan juga dirimu..peluk..
    Ainawaty

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon tidak mengcopas isi artikel tanpa izin. Jika berkenan, silakan tinggalkan komentar dengan sopan. Diharapkan untuk tidak mengirimkan link hidup dalam komentar. Terima kasih atas perhatiannya :)