Dari zaman kuda gigit besi kayaknya pergumulan sebagian
besar orang itu nggak jauh-jauh dari standar dunia. Society kills people, katanya. Masyarakat secara tidak langsung
melakukan pembunuhan pada seseorang atau sekelompok orang. Sumbernya cuma satu
hal: masyarakat yang kecanduan nyinyir.
Senin, 27 November 2017
Sabtu, 21 Oktober 2017
Mengapa Saya Memilih Menjadi Kristen (Kesaksian bahwa Kuasa Gelap Itu Ada)
Hari-hari semakin jahat. Orang-orang semakin tidak berhati. Tingkat depresi meninggi. Namun tidak banyak yang tahu, kalau semua masalah bisa jadi disebabkan oleh musuh yang tidak terlihat mata. Siapakah mereka?
Selasa, 03 Oktober 2017
Cerita Kue Bulan (Cerpen)
Kapankah datangnya bulan purnama?
Membawa arak lalu bertanya pada hari ini
Tak tahu di atas itu istana surgawi, atau malam ini di tahun apa.
Kuingin pulang dengan menaiki angin,
Tapi takut akan bangunan kristal dan atap giok.
Terlalu tinggi dan dingin,
Menari di bawah sinar rembulan.
Dan semua ini tidak tampak seperti dunia manusia...
Dan Yuan Ren Chang Jiu - Teresa Teng
Membawa arak lalu bertanya pada hari ini
Tak tahu di atas itu istana surgawi, atau malam ini di tahun apa.
Kuingin pulang dengan menaiki angin,
Tapi takut akan bangunan kristal dan atap giok.
Terlalu tinggi dan dingin,
Menari di bawah sinar rembulan.
Dan semua ini tidak tampak seperti dunia manusia...
Dan Yuan Ren Chang Jiu - Teresa Teng
Offline vs Online : Daud VS Goliath?
Tak dapat dipungkiri, beberapa tahun terakhir ini…
teknologi telah berkembang dengan sangat cepat. Banyak aplikasi bermunculan.
Toko online, angkutan umum online, semua aplikasi yang sangat memudahkan dalam
hal berbelanja atau menggunakan jasa orang.
Begitupun dalam dunia kepenulisan. Setelah hadirnya e-book alias buku elektronik, beberapa
aplikasi maupun platform hadir
menghadirkan cerita-cerita yang dapat dibaca secara GRATIS. Ya, cukup dengan
mengunduh aplikasinya, mendaftar, dan voila…
dirimu bisa membaca semua cerita yang tersedia tanpa mengeluarkan biaya,
kecuali untuk kuota internet.
Senin, 25 September 2017
Bahagia (Sukacita) Itu Pilihan
Jika anda dihadapkan antara dua pilihan: KEBAHAGIAAN dan
PENDERITAAN, yang mana yang akan anda pilih?
Sabtu, 23 September 2017
Apakah Mental Anda Bermasalah? Temukan Jawabannya di sini
“Apakah yang akan
kukatakan dan kuucapkan kepada TUHAN, bukankan DIA yang telah melakukannya? Aku
sama sekali tidak dapat tidur karena pahit pedihnya perasaanku. Ya, Tuhan,
karena inilah hatiku mengharapkan Engkau; tenangkanlah rohku, buatlah aku
sehat, buatlah aku sembuh!”
Yesaya 38: 15-16
Rabu, 20 September 2017
Jangan Menulis dengan Hati Pahit
Pernah merasa kalau dunia ini menyesakkan? Pernah mencoba melarikan diri ke dalam tulisan dan gagal? Tenang! Kamu nggak sendirian! :)
Kamis, 31 Agustus 2017
Dongeng - Pengampunan Raja
Sebuah pengampunan bisa berpengaruh besar. Dongeng di bawah terinspirasi dari hal tersebut...
***
Kamis, 17 Agustus 2017
MERDEKA ATAU MATI : Sudahkah Kamu Merdeka?
Dua tahunan ini agaknya perayaan 17 Agustusan semakin
semarak. Upacara-upacara bendera yang biasanya penuh dengan ketegangan, kini
menghadirkan musik dan tari. Semangat kemerdekaan tampak dari setiap lomba yang
diunggah di media sosial. Mengesankan kalau perayaan kemerdekaan NKRI ini telah
membawa kegembiraan dan semangat baru.
Kemarin, saya melihat foto Pak Jokowi menundukkan kepala
saat upacara bendera. Saya bersyukur, caption fotonya begitu positif. Memiliki
presiden yang begitu rendah hati itu sebuah karunia, bukan? Kerendahan hatilah
yang membuat kita sadar, kalau tanggung jawab jadi presiden itu sangat berat.
Namun tentu saja, yang namanya kubu nyinyir pasti ada.
Ibaratnya makan nasi belum lengkap tanpa adanya sambal. Di media sosial,
keriuhan pesta perayaan kemerdekaan berlangsung dengan saling melempar komentar
sinis. Tiada hari tanpa mengeluh,mungkin itu prinsip mereka. Karena itu, momen
17-an pun dijadikan ajang pelampiasan emosi.
Minggu, 23 Juli 2017
Selamatkan Mereka! Jadilah Penolong, Bukan Pembunuh!
Suatu malam, seorang perempuan termenung di depan pintu.
Suami dan anak-anaknya tertidur pulas. Dia menghubungi orang-orang yang
terlintas di kepala. Orang tua, kerabat, teman, hingga mereka yang ‘berjanji’
siap menjadi tempat curhat. Tapi nihil. Tiada satu pun dari mereka ada. Tentu
karena ini sudah lewat jam sepuluh malam. Sudah saatnya tidur, bukan?
Tapi perempuan itu tak bisa tidur!
Bagaimana pikirannya bisa tenang, saat suaminya baru
membicarakan perceraian?
Jumat, 21 Juli 2017
Kerja Apa? Saya Dagang Sate… eh, Penulis xD
Hingga kini, saya masih bingung kalau
ditanya, “Kerja apa?” Pasalnya, di kolom KTP nggak ada tercantum profesi ini *dipertegas*
:3 Di kehidupan nyata, profesi ini sama sekali nggak keren. Bahkan tetanggamu
nggak akan peduli bukumu mejeng di Gramedia. Keluargamu jengkel karena
pemikiranmu tidak seperti pemikiran umum. Ini perempuan bukannya mikirin dapur,
suami, sama anak-anak, malah mikirin Tuhan, politik, bullying, diskriminasi perempuan, masalah-masalah sosial, sama global warming. Tuh, kurang nyeleneh apa
coba? Kan nggak lucu, suami nanya berapa habisin duit di pasar, istrinya jawab harga
bawang lagi naik gara-gara pemerintah naikin harga BBM, hihihi :3 (pengalaman
saya, lho…)
Minggu, 09 Juli 2017
Afi Nihaya dan Jebakan Popularitas
Saya
percaya, Afi adalah anak yang sangat beruntung. Tidak mudah baginya memanjat
tingkatan sosial yang dia miliki sekarang. Dia tidak sekadar viral. Tapi
namanya menjadi fenomena. Mulai dari dipuja-puji, hingga dinyinyiri orang-orang
sok bijaksini.
Nah,
siapa remaja yang bisa populer hanya berbekal tulisan? Siapa remaja yang bisa
nampang di layar kaca, hingga bertemu presiden hanya bermodal kata-kata? Saya
percaya, hingga saat ini, hanya Afi Nihaya yang bisa! *tolong jangan sirik*
Orang-orang lain sibuk cari cara buat tenar, dari beli follower, hingga mengajukan laporan hingga 60x yang gagal maning
gagal maning. Tapi balik lagi, ketenaran nggak semudah itu jatuh dari langit.
Susah nyarinya, brosis!
Lepas
dari semua orang kini ramai-ramai berusaha ‘menelanjangi’nya di depan umum,
persis Dursasana yang menarik busana Drupadi di salah satu adegan Mahabharata
*halah*.
Senin, 03 Juli 2017
Talk Show Mission Heart: Everyone Can Be A Hero
Saya percaya, setiap orang diajarkan nilai-nilai
kebaikan sedari kecil. Ada ajaran untuk menolong sesama di semua agama. Dan bukannya tidak mungkin, setiap orang
pernah berkhayal menjadi seorang super
hero semasa kecilnya. Seseorang yang bisa menolong orang lain, atau bahkan
mengubah dunia. Bahkan saat sedikit demi sedikit nilai-nilai itu luntur oleh
tantangan dunia yang kejam, orang-orang pastilah merindukan kedamaian saat
berhasil melakukan kebaikan.
Sejumlah acara televisi dengan gagah berani
menayangkan profil orang baik. Mereka adalah para dokter, pengajar,
sukarelawan, dan orang-orang dermawan yang rela meluangkan waktu bahkan
menyisihkan kekayaan mereka untuk menolong orang lain. Semua tokoh bicara
tentang keberhasilan mereka menyebarkan kebaikan. Dan ini mengetuk nurani kita.
Minggu, 21 Mei 2017
Memilih Warisan : Kebenaran atau Kepastian
Peringatan:
Saya berusaha tidak memamerkan hafalan kitab suci.
Meski demikian, beberapa bagian mungkin sama/mirip dengan isi ayat-ayat
tertentu. Mohon tidak dijadikan bahan risak. Apalagi perang ayat.
Saya hanya manusia biasa yang menuliskan pemikiran
dan pengalaman saya. Mari sama-sama menghormati perbedaan pendapat. Pengalaman
anda tidak saya alami. Demikian juga anda tak mengalami kejadian buruk apa yang
terjadi dalam hidup saya (saya berdoa semoga saja tidak).
Membuka pengalaman pahit itu tidak mudah! Tidak usah mengasihani. Cukup doakan saja :)
Selasa, 09 Mei 2017
Memikul Salib Itu Tak Mudah!
Saya bukan siapa-siapa. Saya bukan pembela Tuhan.
Bukan pembela Ahok.
Yang terpenting, saya tidak memaksa anda membaca
tulisan ini. Apalagi memaksa anda-anda menyetujui pendapat saya.
Saya sadar, sebagai kaum kafir yang logikanya warga dunia
kelas paria, saya mungkin tidak akan didengar. Saya kemungkinan besar
diabaikan. Dan yang lebih mengerikan, mungkin ada orang-orang yang memelintir statement saya. Saya dituntut. Saya
dipenjara. Tidak sebanding dengan hanya
bersuara. RISIKO TERLALU BESAR, FEL!
Bersuara itu sangat merugikan buat saya. Nggak dapat
apa-apa. Siap-siap dilempar ke penjara dan neraka pula. Hidup dipenjara, mati
masuk neraka. Mengapaaa... ku beginiiii *nyanyi*
Tapi seenggaknya, dengan bersuara... saya telah
memenangkan nurani saya. Enough is
enough. Saya capek mendengar ketidakpuasan yang bilang hukuman ini masih
kurang. KURANG BERAT. Saya eneg membaca adanya Tuhan yang lebih berkuasa dari
Tuhan lain (memang Tuhan ada berapa, sih?). Dan yang terpenting, nalar saya
sebagai orang awam dan manusia biasa sangat terusik. Eh, sebagai manusia yang
punya hak asasi. Tak bolehkah jika saya menggunakan hak itu sekali-sekali?
Kamis, 04 Mei 2017
SATUPENA: Harapan Baru Bagi Penulis Indonesia
“Pena adalah alat yang tak pernah lekang.”
Dewi “Dee” Lestari
Perlu keberanian yang besar untuk bertekun dalam
kepenulisan. Sebuah profesi yang sunyi, tanpa jaminan kesejahteraan, belum
persaingan gila-gilaan, dan minim penghargaan. Karena ini pula, saya sendiri
beberapa kali maju mundur. Maunya ganti profesi jadi dagang sate aja, tapi
sayang… kehidupan tanpa menulis itu hambar. Ibaratnya kehilangan pacar. Jiwa
nelangsa. Hati hampa tanpa impian. Eaaa…
Senin, 13 Februari 2017
Gawat! Dunia Krisis Cinta!
SAY NO TO VALENTINE
Sebagian besar masyarakat (kalau tidak boleh dibilang sebagai kaum mayoritas), mengharamkan betul satu hari bernama Valentine ini.
Konon, tradisi ini adalah tradisi yang mengajarkan hal-hal buruk. Sebutlah mental konsumerisme akibat beli bunga, coklat, belum hadiah-hadiah lain yang dinilai menghamburkan uang saja, hingga aktivitas mesum yang kemudian menjadi sasaran gerebek di malam kemarin.
Sebenarnya apa yang dirayakan di hari ini?
Katanya, sih... cinta.
Minggu, 05 Februari 2017
Hati-hati dengan Kata-kata, Kau Bisa Membunuh Seseorang!
Namanya Yantiari (bukan nama sebenarnya). Bocah Batita ini tinggal bersama nenek, kakek, serta tantenya. Tentu kehadirannya membuat suasana rumah itu menjadi ramai. Karena kehadiran Yanti juga menjadi hiburan bagi keluarga.
"Yanti TAHIIII!" demikianlah kerap sang nenek menggoda Yanti. Guyon. Memelesetkan nama Yantiari menjadi Yanti Tahi. Si Bocah menangis. Nenek tertawa puas. Dengan memberi kata hiburan, "Keto gen ngeling... (gitu aja, kok nangis)"
"Yanti TAHIIII!" demikianlah kerap sang nenek menggoda Yanti. Guyon. Memelesetkan nama Yantiari menjadi Yanti Tahi. Si Bocah menangis. Nenek tertawa puas. Dengan memberi kata hiburan, "Keto gen ngeling... (gitu aja, kok nangis)"
Langganan:
Postingan (Atom)