Hari-hari semakin jahat. Orang-orang semakin tidak berhati. Tingkat depresi meninggi. Namun tidak banyak yang tahu, kalau semua masalah bisa jadi disebabkan oleh musuh yang tidak terlihat mata. Siapakah mereka?
11 Februari lalu,
bertepatan dengan hari ulang tahun saya, saya membuat sebuah keputusan besar. Setelah
lama bergumul, saya akhirnya dengan mantap memberi diri dibaptis. Memang tidak
mudah. Banyak pertimbangan yang mulanya menghalangi saya. Terutama dalam hal
waktu. Apakah hal ini tidak terlalu cepat? Begitu saya berpikir dahulu. Namun akhirnya,
seperti seorang sida-sida yang bertemu seorang murid Yesus di jalan, saya pun
akhirnya memutuskan: saya akan lahir baru di hari ulang tahun saya.
Menerima Yesus sebagai juru selamat (via Lenny Kusmana).
Sejak itu, kehidupan saya
berubah drastis. Saya melihat kebaikan Tuhan dalam setiap hari. Kasih Tuhan itu
nyata. Dan Tuhan itu hidup. Namun bukan hal itu yang akan saya bahas sekarang. Sekarang
saya akan membuka lembaran hidup terkelam saya, hanya untuk menegaskan kalau kuasa gelap itu ada dan nyata.
Semoga Tuhan selalu melindungi kita semua.
Sebenarnya saya ingin menyimpan kisah ini
untuk sisa hidup saya. Ini bukanlah pengalaman yang membanggakan, sungguh.
Alih-alih bisa hidup bahagia ala Bella Swan setelah jadi vampir, hidup saya kacau
balau setelah jatuh dalam perangkap si jahat. Tentu cara kerjanya halus dan
memikat. Karena itu, tak heran banyak orang bisa langsung tergoda dan tertipu.
Bagi sebagian besar orang, mungkin kuasa
kegelapan itu terlihat keren. Belakangan ini, film Pengabdi Setan laris manis
di bioskop. Sebelumnya, ada seorang penulis jadi tenar setelah menjual kisah
pergaulannya dengan hantu-hantu. Banyak orang berpikir kalau dunia sebelah itu
menakjubkan. Siapa yang tidak kagum dengan orang yang bisa lihat makhluk sebelah
berkeliaran? Siapa yang tidak takjub melihat orang bisa meramal, menyembuhkan
orang sakit, dan lain-lain?
Meski pada dasarnya, iblis memang adalah
raja penipu. Segala hal yang dia perlihatkan dari awal itu dalamnya busuk. Dia
mengincar kelemahan kita untuk dia serang habis-habisan. Jika kita menyerah,
otomatis … jiwa kita akan menjadi miliknya. Dan lagi-lagi, ini tidak seindah
cerita vampir ganteng yang bikin kita jadi cantik, kaya mendadak, dan hidup
abadi.
Tidak dapat dipungkiri, Bali cukup lekat
dengan okultisme. Dari ilmu hitam hingga
kebiasaan ‘menghubungi’ orang mati cukup akrab di sini. Saya pun tidak heran
saat diajak berkunjung ke dukun untuk bertanya almarhum nenek minta apa untuk
upacara co kong tiknya. Yang pasti,
setiap ada masalah … akan diselesaikan secara gaib, dan melibatkan
tradisi-tradisi warisan yang dilestarikan hingga sekarang.
Jadi, hidup saya dulu sangat dekat dengan
kuasa gelap. Meski terbukti, kuasa gelap itu tidak mendatangkan damai
sejahtera, keluarga saya tetap menjalankan tradisi lama. Karena memang, hanya
hal itu yang kami ketahui. Kami memegang erat kepercayaan kalau kami memiliki
kewajiban menghaturkan persembahan, membakar uang kertas, membuat
gedong-gedongan, dan menyembah sesembahan tertentu.
Hubungan saya semakin ‘mesra’ dengan dunia
sebelah setelah saya bermimpi mama saya meninggal. Saat itu, timbul ketakutan
yang sangat kalau saya akan kehilangan mama. Terlebih lagi, mama sering mengaku
mimpi nyasar jauh dan tidak bisa pulang. Mama ketakutan akan meninggal saat
tidur. Saya takut akan kehilangan mama. Inilah celah yang kemudian dimanfaatkan
iblis untuk masuk dan menggerogoti jiwa saya sedikit demi sedikit.
Seorang teman saya menganjurkan agar
menghaturkan sesajen di bawah tempat tidur mama. Saya pun melaksanakannya dengan
khidmat. Saya memohon agar siapapun yang mengganggu mama agar tidak mengganggu.
Saat itu, dari pikiran saya terlontar kalau saya bersedia menggantikan mama.
Yang penting mama tidak mimpi aneh lagi.
Ajaib! Setelah itu, mama memang tidak
pernah mimpi nyasar. Saya bersyukur luar biasa, tanpa tahu kalau hadiah itu tidak gratis. Saya menyimpan
‘perjanjian’ ini sendiri. Bahkan ketika saya kemudian sering ketindihan waktu
tidur, terutama sekali ketika pemagpag rahinan. Saya bakalan histeris waktu
tidur. Keluarga pun jadi cemas. Dan mereka kembali mencari jalan melalui cara
magis … kata seorang saudara yang merupakan cenayang, saya disuruh minta maaf
di penunggu karang alias tempat
pemujaan di rumah (emangnya saya salah apa coba?). Saya
kemudian menjadi semakin rajin bersembahyang, haturkan sesajen kemana-mana.
Hasilnya … alih-alih berhenti, saya malah semakin rajin histeris.
Saya sudah berharap kalau saya bakal
selesai diganggu pas sudah menikah (katanya setan nggak suka orang yang sudah
nggak perawan, kepercayaan yang sangat konyol). Saya pun kemudian menikah dan
berharap bisa hidup normal. Tapi kenyataannya, yang namanya kuasa gelap tidak
pernah lupa. Mereka memang seperti singa yang mengaum-ngaum, siap mencari
mangsa untuk ditelan. Kali ini, serangan
mereka punya target baru, siapa lagi kalau bukan suami dan anak-anak saya tercinta.
Tahun 2012, seorang lelaki menampakkan diri
kepada saya (no wonder wujud rohnya tidak jelek sama sekali). Dengan tegas, dia mengatakan ancaman: “Akan kubuat kamu gila
hingga suamimu membuangmu. Akan kubuat seluruh keluargamu membencimu, hingga
kamu benar-benar sendirian, dan kamu akan … (gombalan yang nggak romantis sama
sekali).”
Maksud hati sih nggak percaya, tapi memang
sejak itu semua hal terasa kacau. Saya mimpi buruk hampir setiap malam. Waktu
bangun tidur, semua makin kacau. Kulit saya terasa terbakar saat terkena sinar
matahari. Saya akan mual-mual lalu memuntahkan lendir-lendir kental. Setiap
mengantar anak sekolah, sering kali saya menghadapi lalu lintas yang menggila.
Sementara anak-anak bertengkar di kursi belakang, saya harus berkonsentrasi
menghindari diserempet kanan kiri. Dari mantra ini dan itu terlontar semua.
Saya capek, emosi saya terkuras. Tapi perjuangan belumlah selesai. Ancaman
pembunuhan buat suami bikin saya tidak bisa tidur sebelum suami pulang. Anak
bungsu saya kerap menangis, bahkan suatu hari jelang tengah malam, dia minta
keluar rumah karena lihat papanya di depan pintu rumah (padahal kenyataannya
tidak ada siapa-siapa).
Saya pernah mengonsumsi kopi hingga 12
gelas sehari karena takut tidur. Hidung saya terbiasa menghirup asap dupa. Tapi
tentu saja, saya tidak berani menceritakan ini. Bahkan psikiater memvonis saya
skizofrenia karena melihat ilusi (katanya).
Intinya, dengan kehidupan spiritual
sebobrok itu saya harus menghadapi tanggung jawab kehidupan nyata: bebersih
rumah, mengurus makanan, mengantar anak-anak, mengajar anak-anak. Dan tentu
saja, semuanya tidak ada yang beres. Keluarga bilang saya pemalas karena rumah
tidak pernah bersih. Nilai anak-anak anjlok dan mereka sangat bermasalah. Semua
itu kemudian bermuara ke satu kesimpulan: saya istri dan ibu yang buruk karena
tidak mampu melayani suami dan anak-anak.
Singkat cerita, kuasa maut itu betul-betul
menyeret saya masuk dalam kegelapan setelah saya mengikuti sebuah retret
meditasi. Saya memaksakan diri ikut retret karena merasa akan mendapatkan cara
membebaskan diri dari semua penderitaan. Ya,
agama yang saya anut dulu memang mengajarkan kalau meditasi salah satu cara
agar mencapai keseimbangan batin. Kalau batin sudah seimbang, masuk rumah sakit
jiwa pun nggak masalah (kata guru meditasi waktu itu).
Lagi-lagi, saya salah. Saya memang
mendapatkan kegembiraan sesaat. Tapi setelahnya, yang menunggu saya hanyalah
penderitaan tiada akhir. Dari ujung ke ujung, dunia terlihat hitam. Saya
melihat lelaki itu dalam wujud mengerikan. Beberapa makhluk lain memegangi
tangan saya, sementara mereka menyeret saya dan lelaki itu terus meninju kening
saya. Dan setiap kali, dia mengingatkan semua kata-kata buruk yang pernah saya
dengar.
Saya bersyukur, saya tidak bunuh diri waktu
itu. Tapi saya ingat njungkir-njungkir
minta tolong kepada segala dewa, saya pernah berlutut di depan guru meditasi karena berpikir dia lebih mumpuni jadi akan mampu
membebaskan saya. Saya memohon siapapun untuk menolong
saya keluar dari kegelapan itu. Dewa di tanah, di air di udara. Leluhur marga nganu,
marga nginu, marga ngunu minta ampun
ke sini dan ke situ … saya merasa berdosa dan berharap masuk neraka sekalian,
supaya tidak dilempar-lempar ke sana dan ke sini. Saya
memohon supaya mati saja. Daripada digantung tidak jelas begitu. Saya bahkan sempat berpikir mati
masih lebih jelas daripada satu kaki di dunia nyata dan satu kaki di kegelapan
itu.
Tapi begitulah … seperti yang tertulis:
mereka punya mata tapi tidak bisa melihat, punya telinga tapi tidak bisa
mendengar.
Saya bersyukur, saya tidak menjadi gila
benaran. Tante saya yang biasanya
cuek bebek tiba-tiba datang. Dia memeluk saya. Dia menenangkan saya, dan bilang
Tuhan Yesus ada bersama saya.
Dan begitulah dahsyatnya
nama Yesus! Meski mungkin diucapkan dalam iman sebesar biji sesawi, nama itu
sudah mampu menembus segala dunia. Satu cahaya lembut tampak dalam kegelapan itu.
Kehangatan yang seperti matahari. Satu kalimat yang masih saya ingat hingga
saat ini adalah:
“Marilah kepada-Ku, engkau yang letih lesu dan berbeban berat…”
Saat itu, saya tahu … Sang Penebus itu
memang hidup! DIAlah yang menarik saya dari lembah kekelaman itu. DIA yang
berkuasa lebih dari alam maut.
Saya bersyukur, lagu-lagu rohani yang
diputar paman saat itu tetap jaga saya. Saya bersyukur, tante saya mengucapkan
kalimat bahwa Yesus ada untuk saya. Meski mungkin mereka tidak sadar, itulah
satu-satunya hal yang berhasil menolong saya dari pengalaman mengerikan itu.
Simpelnya, inilah alasan yang membuat saya
semakin mantap memutuskan menjadi seorang Kristen. Karena hanya Yesus yang menolong saya dari
lubang maut itu. Yesus yang menyembuhkan saya. Dan dalam nama Yesus, semua
kuasa-kuasa kegelapan langsung patah. Hidup saya yang terbelenggu dibebaskan.
Sesimpel itu.
Semoga saja, makin banyak yang sadar… kuasa
gelap itu jahat. Carilah Tuhan dan segala kebenarannya. Itu jauh
lebih baik daripada mendekatkan diri pada kuasa gelap.
Astungkara.
Putu Felisia
Wuih, ngeri. Sampai segitunya. Gak kebayang bisa seperti itu bertahun-tahun. Semoga kini hidup dalam damai. :)
BalasHapusTerima kasih doanya, Mbak :)
HapusSemoga Tuhan lindungi mbak sekeluarga :)
Meninggalkan agama yang tujuan utamanya moksa ke agama yang tujuan agamanya berada disisiNYA... Mundurkah pemikiran anda ?
BalasHapus